mengusung jiwa rapuh tertindih keruh
mengarung liku hidup terbelenggu
dirumpun kelam selaksa noda
aroma kebebasan tercium lepas sudah
nomad
dirindang belukar dinaungan senja
kadang di puncak-puncak bukit
atau dikelam malam
jul 10
bpn
nomad
--''--
disisi gelap malam kau menunggu
hembusan badai tak mau pergi
berputar-putar mengitari
kelam hitamnya hari
maka tersenyumlah
jika semua sia-sia
menangislah
lalu tertawa
dalam bahagia
yakinlah indah
pastinya indah
jul 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.07 0 komentar
doamu
doamu terangi penjuru langit
bening air matamu
penuhi ruang kosong cakrawala
getarkan nafas cinta
wahai jiwa setegar karang
aku menjauh dari pangkuan
disini dijalanmu'dalam doamu
merindukanmu
maafkan aku
ibu
jul 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.58 0 komentar
wajah wajah samar
silih berganti berlalu dihadapan
wajah-wajah samar dipekat kemewahan
melenguh menggeliat dipucat nafsu
sesaat lalu lenyap tertelan keheningan
lereng bukit ini masih saja sunyi
seperti saat kugambar beku dirimu
dalam hambar pelukku malam lalu
wajah-wajah silih berganti
memeluk imajiku
mencumbui lekuk indah bukit ini
lereng sepi
jul 10
bppn
Senin, 26 Juli 2010 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.51 0 komentar
diam
diam berkali mengetuk hati
aku berpaling menjauh pergi
tak kubiarkan beku selimuti kalbu
dengannya telah kureguk
sebagian besar bahagia ini
kuukir hari kurangkai kata
jadikan seikat indah
jadikan bermakna
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.37 0 komentar
setelah mati
oleh : eko rahardhian
setelah mati nanti
adakah kau tertawa
menangis ataukah
gelisah dikehidupan sana
patut kudengar inginmu
acap kau ucap
pada anganmu yang termangu
belumkah terlintas
mati dihadapan
jul 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.05 0 komentar
pada beku
oleh : eko rahardhian
haruskah ku ungkap saja
semua beban rasa ini
meski perih pasti
dalam temaram
kita melangkah sembarang
wajah tengadah
pada pucuk pinus
pada secuil cahaya bulan
tak bisa kubagi
angkuhnya hati ini
rapuhnya jiwa
terbelenggu hidup
terobsesi mati
wahai cahaya
aku memuja
wahai angkuh jiwa
usaikah sudah?
beku bppn,borneo
jul 10
Senin, 19 Juli 2010 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.07 0 komentar
bidadari
oleh : eko rahardhian
mungkin dalam sepi
rintihmu begitu berarti
luka telah terbalut
terpuaskan sudah
dihijau belantara kurebah
kuhimpun penat jiwa
tuangkan dalam kata
dalam canda
kutabur selaksa imaji
dibuaian bidadari sepi
terpuaskan sudah
segala hasrat
bpn jul 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.58 0 komentar
garis langit
oleh : eko rahardhian
garis tebal dilangit
membentuk lapis indah
goresan tiada tara
dikanvas cakrawala
perlahan memudar
ditelan gelap hari
seiring nafas kehidupan
berlalu berpacu irama hidup
enggan terhenti
jul 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.14 0 komentar
rapuh
oleh : eko rahardhian
serpihan jiwa terberai sudah
terbawa lembut angin malam
kepingan jiwa lenyap sudah
ditepis musnah seribu harapan
rindu
dendam
berkecamuk tak terkendali
pada langit hitam
pada malam kelam
tak sisakan indah kabar
tak jua segelintir harapan
aku menelusuk raga
pendam seribu kepedihan
ku ketuk ketuk setiap pintu hati terbuka
tak usai jua kutemukan
disela putus asa
disesak dahaga
bppn,jul 2010
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 02.37 0 komentar
sederhana
oleh : eko rahardhian
atau pada setiap indah kucinta
juga tiap luka kurindunya
pada janjimu demi waktu
tentang mimpi
tentang asa tak terucap
masa depan samar dikejauhan
indah saja harapanku
sederhana saja mauku
seperti bait bait terucap
sesederhana hari
siang malam
terang gelap
simpang atas
borneo bpn
07 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 02.19 0 komentar
tapak kaki telanjang
oleh : eko rahardhian
kutapak terjal tinggi
ikuti jejak kaki mungil telanjang
lebih jelas disini
laut tiga warna bermakna
diujung tertinggi
jejak kaki lenyap sudah
tinggalkan tanya
kuteriak lantang nada sumbang
kulambaikan kain putih penuh bercak
hingga terang meredup perlahan
tapak kaki kecil telanjang
kemana kamu pergi
aku mencari
aku menanti
taman bahagia jul 10
bppn
Minggu, 11 Juli 2010 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.40 0 komentar
hitammu hitam
oleh : eko rahardhian
hangat tubuh ini
cukuplah kiranya
hangatkan beku tubuhmu
malam ini
ada gejolak didihkan darah
menepis sepi
kamu sepertiku
diam membatu
sudahlah biar kubilas luka
dalam hangat peluk nafasku
rindang dedaunan biar bersaksi
akulah malammu
akulah gelapmu
hitammu hitam
hitamku legam
bukit bahagia
borneo,july 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.28 0 komentar
permata jingga
oleh : eko rahardhian
demi keabadian gaib
kusingkap tabir suram
ribuan malam
dipuncak tertinggi nikmat semu
antara hidup matiku
lembar demi lembar tersia
sudah
hingga
jiwa demi jiwa terkorbankan
aku mengendap disela gelap
kuinjak-injak singgasana
kebanggaan para raja
demi secuil bahagia
selaksa derita kami
cecuguk bangsat berjanji
pada ibu pertiwi
padalangit
pada dewa dewa
pada emas permata
jingga
bukit permata jingga
borneo,july10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.14 0 komentar