AddThis Social Bookmarking Sharing Button Widget: AddThis is a free way to boost traffic back to your site by making it easier for visitors to share your content
kepingan nafsu
malam belum usai
ada puluhan perawan
menantiku di ujung gang
dilindungi temaram
kusematkan bunga cinta
ku hentakkan keras
melebihi gelombang
aku terpuruk
ya tenggelam sedalamnya
mengubur cinta
jadikan kepingan nafsu saja
apa hendak kau kata
Kamis, 08 September 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.57 0 komentar
selamat datang gelap
ya sudahlah
aku tak akan berkata
sekedar bebaskanmu
mengumbarmu sejenak
dikebekuan pagi
atau malammu jua
tiada aku beharap
bahkan meminta
sebab peluh telah membeku
dan ruang rindu itu
lenyap seketika
bersama pergimu
semilir angin senja
gelap
selamat datang
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.40 0 komentar
kilau malam
erahardhian
malam seribu malam
berkilau benderang
pada ayat dan kumandang
irama bahagia
wahai kilau
penantian jutaan jiwa
pantaskah jika kau singgah
sekedar naungi jiwa sepi
damai bpn
borneo
Sabtu, 20 Agustus 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.49 0 komentar
matahari matahati 2
oleh : erahardhian
jika tatap tak lagi penuh harap
kembalilah berpasrah
dia indah menggelayut
meredam segala kelam
seiring purnama tak lagi sempurna
saat hati terkoyak
saat hati tercabik
kembalilah berpasrah
dia indah menggelayut
dan kedengkian beranjak pergi
mencairkan kebekuan perlahan
menebar senyum indah
sebab esok masihlah ada kau
kembali bersinar bersama harapan
ya kau matahari matahati
enggan menyerah
bppn-borneo ''08/11
Minggu, 14 Agustus 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.31 0 komentar
tanaya
tanaya
belum lagi kau jawab tanya
ketika jiwa harus berlalu
pergi berlari di terik hari
tanaya kekasih
jika benar kau memberi arti
aku hendak tahu kemana arah langkahmu
memendam perih juga rindu
matahari masih tinggi
setinggi harapan kutanggalkan pasti
langkahmu gontai terarah
mengisi ruang waktuku
tanaya
sekali lagi kutanya
adakah sejumput rindu
bukit damai
bppn - borneo ''11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.54 0 komentar
penat
penat
melangkah diujung dermaga
merengkuh tabir kerinduan
selepas senja berlalu
gelak
mengejek setiap tapak
mencibir pada pintu lagit
membenamkan hasrat
cerita
apa saja berbias indah
menutupi lubang samar
pelipur lara sejenak
kp baru
plbhn speed
borneo 11
Selasa, 09 Agustus 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.03 0 komentar
senja berbisik mesra
ungkap mimpi semalam
tentang sebait puisi
hijau daun melambai
menutupi indah senja
aku dipuncak bahagia
gunung bahagia
borneo
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.43 0 komentar
lampu kristal
malam beku sekeras jari enggan menari
kilatan cahara lampu kristal mengusikku
mematahkan segenap harap
meluluhkan selaksa asa
kilatan cahaya itu
menuntun kearah jurang dahaga
menanggalkan tetes darah
bercecer indah membentuk gambar abstrak
aku sendiri tak mengerti makna
tak hendak tahu
sebenarnya apa yang terjadi
dibalik kilatan cahaya lampu kristal
ada seribu cerita berlalu
sejuta derita berbalut
dan kau menunggu saat itu
dimana aku memburumu
bukit damai
borneo 0811
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.32 0 komentar
bukit damai II
temaram
dalam pelarian
menengadah pasrah
menunduk resah
gelap
memenuhi penjuru langit
tidak untukku
dia adalah lentera tiada tara
melebihi semua yang ada
sebab aku ada
menikmati pelarianku
borneo'11
Rabu, 03 Agustus 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.09 0 komentar
bukit damai 1
jangan pergi aku berucap pada diri
menahan langkah kaki
setidaknya menjauh dari titik jenuh
hingga pudar bayang kelam
disini
kokoh kaki goyah berdiri
menangkap jawab kesendirian
beku selaksa perih
dendam yang mengangkasa
disini
kubakar semua cerita kelam
kutaburkan diantara badai angin senja
benamkan kaki kuatkan pijak
ucapmu menggurui
senyummu rendahkanku
lakumu sinis dihadapku
aku tak mau tahu
bukit damai
borneo 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.54 0 komentar
simpang dahaga
oleh : erahardhian
lirih binatang malam berkicau
berbisik lembut buyarkan angan
tentang esok kian kelam
tentang esok masihkah ada harapan
aku terjebak di awang-awang
antara sadar dan tidak
antara benar dan harapan
antara kesalahan dan ketamakan
malam enggan berlalu
sepertinya pilu
ruh berbalut raga
senyap semesta jagad
nurani berbisik mesra
aku harus bagaimana
ya dia masih setia
sampai detik ini
disimpang dahaga
borneo
Sabtu, 30 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.14 0 komentar
menangkap jawab senja
oleh : erahardhian
tanpa kata,hasrat bercerita
menghangatkan jiwa renta
terpuruk di langit kelam
tempat semua malapetaka
kian tebal kelam
kian suram jalanan
aku masih berburu
menangkap jawab senja
jul 11
Rabu, 20 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.09 0 komentar
what u gonna do about it
oleh : erahardhian
sedang aku berbaring telanjang
setia pada harapan
menelusuk diketiak malam
mencari jawaban mebuka jalan keluar
irama hidup irama mati
detak hidup diam mati
ada doa ada dahaga
gemuruh membahana
mengisi lorong hampa jiwa
mengilhami setiap jengkal langkah
pasti adalah tak pasti
nyata adalah semu
matilah yang pasti
so what u gonna do about it
thinker
borneo juli 11
Sabtu, 16 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.42 0 komentar
sabar
oleh : erahardhian
stok kesabaranku mulai menipis
seiring senja menggurat keemasan
kubuka-buka semua laci yang ada
tak kutemukan juga
berharap langit mencampakkan
barang seikat dua
menyelamatkanku hari ini
menjagaku malam ini
sebelum kelam merobek langit senja
sebelum kebekuan menghapus damai
aku berguman pada diri
mengusap batin bersahaja
setelah hancur lebur bermakna
merangkak perlahan ketepian
bpn,borneo
juli 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.28 0 komentar
oleh : erahardhian
bagaimana bisa berlari
sedang kamu diam membatu
menimbang segala ragu
mengukur jarak waktu
bagaimana bisa mengerti
sedang kamu enggan berpikir
pasrah pada temaram
rebah di belai anugerah
hari ini engkau bahagia
esok kuharap juga
g bahagia,bppn
borneo juli 11
Jumat, 15 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.11 0 komentar
ada dan tiada
oleh : erahardhian
antara ada dan tiada
tipis menggores maya
mengendap dalam benak
kadang memudar samar
aku menyimpannya erat
melebihi pelukmu semalam
ya
antara ada aku berdiri
antara tiada kau langkahkan kaki
semua berlalu pasti
antara ada dan tiada
g.bahagia bpn
borneo juli 11
Kamis, 14 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 17.29 0 komentar
selamat bermalam panjang negeri tercinta
oleh : erahardhian
sampai semua ini musnah
tinggalkan debu berserak
sampai tanah ini memerah
seperti dulu lagi
jauh sebelum malam bersinar terang
sebab luka bumi pertiwi
akankah terobati
hanya dengan angan panjang
teriakan setengah hati
juga koar mulut gahar
sejatinya sama yang tersamar
kita hanya korban
enggan berdiri tegak menantang
kita kelinci percobaan
terombang ambing keadaan
selamat bermalam panjang
negeri tercinta
kutunggu kabarmu esok hari
ringroad bpn
borneo juli 11
Minggu, 03 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.55 0 komentar
diam
bulan berganti sudah
mengurai tiap suram senja
meninggalkan jejak kelam
bertahan pada puncak gersang
gemuruh pesta dibawah sana
liar dan membabi buta
bahagia,bpn
juli 11
Jumat, 01 Juli 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.46 0 komentar
culas tak culas ya culas
kita telah mati rasa
jauh sebelum kamu ada
hidup tak bertujuan
bukan berarti tak berTuhan
merunduk pasrah pada penguasa
menggilas saudara yang lemah
bukan cerita baru
bukan juga cerita lama
semua kembali terulang
seiring bergulir waktu
sejak adam menginjakkan kaki di bumi
sejak kutai dan majapahit merajai
apa bedanya tak kuminta jawab
penguasa harta hakim penjilat tapol
tetek bengek anjing bangsat
atau bahkan cecunguk liar
kita hanya korban peradaban
dipaksa menjalani hidup
kehidupan korup
negeri tercuinta
negeri indah tiada tara
culas tak culas culas
ikut tak ikut ya ikut
ya tak iya tak iya ya iya
sepinggan,borneo
juni 11
Senin, 27 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.48 0 komentar
butiran embun diujung tiap helai daun
oleh : Erahardhian
siang berlalu bahagiaku
menapak terjal tanpa arah
tak hendak ketempatmu
tak hendak singgah
menggurat lembar hari penuh maki
mengiris rajutan janji
aku tidaklah penting menurutmu
tidakkah kaucoba bertanya padaNya
sebab aku bercengkerama dengan sepi
seperti malam ini dan ribuan malam yang berlalu
tanpa batas waktu
seperti hamparan langit gelap
dan butir enmbun ditiap helai daun
adakah kau abaikan
gunung bahagia
bpn,juni 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.26 0 komentar
cete
oleh :erahardhian
singgah sejenak melepas lelah
warung cete belakang pajak
pekat kopi sekelam hari
mengikuti irama nafsu dunia
sekedar lepaskan penat sekejab
akan asa juga hari esok
menikmati irama alam
diantara rimbun daun
meski tak rindang
kampung timur
bpn jun 11
Rabu, 22 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 22.01 0 komentar
realita
oleh : erahardhian
aku berdiri pada retak bumi
berpijak disudut rentan negeri
perlahan tenggelam
esok masihkah kelam
jun,11
Selasa, 14 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.59 0 komentar
pesangon
oleh : erahardhian
suatu siang di kedai kopi
ia berontak mencoba melawan
menunduk terduduk lesu
dihamparan pekat masa depan
hanya bayangan kelam
hanya harapan semu
rentang waktu menahun sudah
tentang seorang kawan mengabdikan diri
pada bangsat kunyuk berdasi
setia pada janji mulia
memuliakan pekerja
lalu beranjak pergi
berpesangon tahi
bor jun 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.45 0 komentar
sang pekerja 2
by : Erahardhian
jika sebatang rokok adalah segenggam harap
segelas kopi akan menjadi harum menebar senyum
setiap saat berlalu dihadapan jiwa jiwa letih
menepuk setiap pundak penuh bijak
ya semestinya dengan bijak
ketika kau tawarkan segala nikmat
semua beranjak menghampiri sekedar ingin tahu
tidakkah kau merasa seperti dewa
dipuja segenap setan belantara
kami masih bekerja
menantang terjal karang
mengarung luas mayapada
karya kami biarlah abadi tanpa kau tahu
terselip di ujung langit
tertindas segala yang ada
lalu apa peduliku apa pedulimu
lalu kami meredup perlahan menunggu pagi
dan jiwa tak bernurani beranjak pergi
tenggelam gelisah tak jua sadar diri
jun 11
Kamis, 09 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.40 0 komentar
sang pekerja
by : Erahardhian
terjal nyaris terlalu
sudahi segala peluh
semua adalah coba kutahu
mengendap perlahan menuju cahaya
menggali makna seirama surya
bisik kata hati terayun pasrah
seiring jiwa terpasung sudah
tak hendak kupasrah
pada jiwa hampa tiada jeda
coba menjadi penguasa kosong
pada hati tak bermata
dirajam kelam hidup
aku sosok merdeka
sang pekerja
borneo jun 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.21 0 komentar
melebur nafsu pada belantara
by : Erahardhian
bukankah kamu pernah mati hidup tak bernurani
mejadi dewa pada lemah terduduk pasrah
akupun sama bila dan kita hanya noda
pada lembaran hari tak bertepi
sumber segala bencana
berahir kelam
nafsu
pada siapa berserah pasrah
aku hendak pergi
menuju sudut jarak pandangmu
mengukir sepi
meredam segala dendam
meleburkanya jadikan serpih merah darah
hijau seperti belantara indah
melebur bpn
jun 11
Rabu, 08 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.00 0 komentar
aku tidak sedang berbicara tentangmu
by : Erahardhian
berteman kesendirian beku
menapak terjal sepi
memeluk tebing sunyi
berharap semua berlalu
tidak
aku tidak sedang berbicara
apalagi tentang kamu bahkan kebaikanmu
aku berguman lirih
pada terjal sepi
tidak
aku tidak pernah memohon
dan aku tidak sedang memohon
apalagi padamu jika kau pikir kau berkuasa
berharap aku
pada secangkir kopi
pada sebatang rokok
pada gelap pada gaib
kepada satu
biarlah kutelan sendiri
sebab aku
tidak sedang berbicara denganmu
bppn juni 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.45 0 komentar
lorong bintan
oleh : erahardhian
hanya melintas sejenak
menyapa segelintir sahabat
tempat maki terlampiaskan
padanya mereka bertahan
dalam remang lorong jalan bintan
ditemaram mengisi kekosongan
nyanyikan cinta dan amarah
seribu satu kisah kehidupan jalanan
malam beranjak pagi
mereka masih bernyanyi
lorong bintan
kosong sembilan
Rabu, 01 Juni 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.12 0 komentar
lepas itu belenggu (satu)
oleh : erahardhian
belenggu sepertinya melemah perlahan
tertekan gairah hidup semangat bertahan
meninggalkan bekas luka abadi
meninggalkan sebongkah kenangan
pagi ini kawan bersama mentari aku beriring
menepis keraguan
menyongsong kemerdekaan
seutuhnya
first day
bpn juni 11
Selasa, 31 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 18.25 0 komentar
syair kebebasan
oleh : erahardhian
adakah kau lihat tepat dibelakang matahari
segala energi terhimpun rapi
siap menepis gejolak pun mimpi mimpi
terpanggang panas gelombang
nyanyian jiwa sejenak berhenti
tersapu gemuruh gelombang sekejap hilang
perlahan pasti ia bangkit lagi
seiring kecewa tak terpuaskan
bernyanyilah lepas sesuka hati
tertawalah keras melebihi gemuruh
sebelum genderang iramakan perang
disela sunset ia bertandang
irama penderitaan irama kami
suara suara menentang adalah kami
syair pembebasan
borneo mei 11
Senin, 30 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.28 0 komentar
merah putih setengah tiang
oleh : erahardhian
Akar segala masalah adalah hidup itu sendiri
memaksakan diri dalam segala keterbatasan
menghancurkan makna dan arti
kesampingkan nilai bahkan budaya
jiwa jiwa terkorbankan sudah
melahirkan sebuah kebanggaan
mati tersia mati tanpa arti
bernisan bangga
kita telah merdeka aku rasa belum
itu kan mimpi kita selama ini
terbuai kata dan janji
itu sudah pasti
lemah tanpa daya
berteriak keras beringas
marah pada langit
merah putih setengah tiang
bpn,g.bahagia
mei 11
Jumat, 27 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 18.19 0 komentar
sebait kisah abadi
oleh : erahardhian
sebait kisah abadi mengilhami
bermakma tanpa batas waktu
antara ada dan tiada
nurani telah mati
bppn..mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.02 0 komentar
oleh : erahardhian
mari dengarlah bisikan pagi
datang dari pucuk meranti
mengeluhkan irama hati
seiring berita ini hari
tentang itu-itu saja
sesederhana hidup
sekompleks persepsinya
seputih awan berarak manja
dengung kabar bahagia
sekelebat bayang fatamorgana
kemudian lenyap begitu saja
kembali seperti biasa
ya seperti sedia kala
penguasa ya tetap penguasa
bekerja mengeruk harta
berjalan berbuta tuli
borneo,bpn
mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.37 0 komentar
sudahlah jangan berkata
oleh : ekorahardhian
aku bukan siapa siapa
tak berarti pun bermakna
menorehkan bekas luka canda
sekedar warna dunia
berlalu dari diam
mendekat ketitik cahaya
menyapa ramah semesta
bukankah ini melacur juga
mengabdi pada benda benda
menyeru gelap gulita malam
menurutmu untuk apa
sudah kau diam saja
toh ucapmu sama tak bermakna
hanya menggores lembar kusam
disana tersimpan bertumpuk kalam
kita cuma jiwa terbatas usia
gng bahagia
borneo.mei 2011
Rabu, 25 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.32 0 komentar
maka ijinkanlah
oleh : ekorahardhian
aku hendak pergi
mungkin seminggu tak pasti
menelusuk diruang kompleks kehidupan
menyapa sahabat dijalanan berliku
kubentangkan lembar bahagia
juga berbagi cerita
bahkan mimpi dan asa tertunda
jika itu bahagiaku maka iyakan saja
aku hendak pergi
mungkin seminggu tak pasti
menyisir tebing curam harapan
mengantongi rindu dendam
sebab fajar merekah merah
jiwa terpanggil sudah
aku hendak pergi maka ijinkanlah
merangkai kilauan cahaya
gng.bahagia
borneo mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.39 0 komentar
debur
oleh : ekorahardhian
hei debur
apa kabarmu pagi ini
masihlah kau hembuskan
kobaran semangat pada sahabat
pagimu menyapa ramah
menjilati ujung jemari kaki
memaksa bergumul sejenak
dikesepian meranah
hei debur
telah kau usap beribu luka
telah kau hapus perih hingga
enyah dari langit jiwa
meski
dipuncak langit adanya
aku menujumu
aku menggapaimu
sebentar berlalu
bpn,kaltim
mei 2011
Selasa, 24 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 17.20 0 komentar
malam beku
oleh : ekorahardhian
bukankah setiap derita dan airmata
adalah tetes menumbuhkan rimba
ditiap rimbunnya terselip cerita
beragam kisah tak terbatas
memenuhi dinding langit
barisnya rapi seperti irama lagu
manjakan segenap indera
melumpuhkan aral merintang jejak
hmnmmm
sepasang tupai berkelebat mesra
memainkan lagu kita apalagi
sebab aku tak bicara hari ini
ya aku mendengarmu
resapi juga setiap detak memacu
menerima alur hidup kita
hari ini hujan
malam ini tak berbintang
kita diam
membisu dalam rindu
bbpn mei 11
Minggu, 22 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.04 0 komentar
dirajam malam
oleh : ekorahardhian
setiap detik berlalu
hampa tak berjiwa
sepertinya kau hanya
mendera di diam
senyap menerkam
berlalulah waktu
bawa sebongkah dendam
gantikan segelas bahagia
untuk esok pagi
bisa saja tak bermentari
berharap
senyum bahagiamu
bangunkan imaji
perlahan telah mati
bpn mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.50 0 komentar
dan bernyanyi
oleh : ekorahardhian
langkahku gontai perlahan pasti
menelesuk belantara hijau rimba
meniti tapak terjal dihadapan
bersamamu bersamaNya
mari kita sambut pagi ini
dengan penuh canda tawa
coba kau lenyapkan duka lara
bersamaku bersamaNYa uye ya ya
lihatlah matahari
bersinar terang mengiringi
segenap raga bemandi cahaya
segenap rasa penuhi imaji
meski penuh duri meski tebing tinggi
tetap berjalan bergandeng tangan
dan bernyanyi
dan menari
mei 2011
borneo
Sabtu, 21 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 17.45 0 komentar
goresan menjelang lelap
sebelum nurani terlelap
kudendangkan bait indah
juga nada gelisah
tentang cinta putus asa
sebelum mata terkatup layu
biar kugores untaian kata
diskujur tubuh pasrahmu
ditiap aliran darahmu
kubenamkan hasrat ini
mencoba mencari arti
malam berkabut tanpa kita sadari
terlarut diayun langkah gontai
setiap jengkalnya putus asa
setiap geraknya apatis
kubenamkan hasrat ini
mencoba mencari arti
mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.36 0 komentar
pahlawan negeri dongeng
oleh : ekorahardhian
tanah kau pijak masihlah basah
air mata dan darah pengorbanan
sejatinya pejuang
merekalah pahlawan
sebenar - benar pahlawan
berkelebat membentuk bayang hitam
kisah silam penuh aral membentang
hari ini mei 2011
kita hanya pewaris malang
kerajaan dongeng negeri mimpi
berkoar ditiap sudut jalan
teriakkan cerita usang
lengkingmu terdengar sobat
sepintas lalu reda
bersama kabar angin duka
hari ini mei 2011
cakrawala terbuka lebar
dibentang semesta nyata
sobat rapatkan barisan
senjata sudahkah kau kokang
dekat dijarak pandang
medan perang tersenyum menghadang
belum kubuka mata
belum kubuka hati
dalam kebersamaan hakiki
dalam perjuangan berarti
borneo mei 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.59 0 komentar
matahari matahati
oleh : ekorahardhian
pernah kugenggam tanganmu erat
serekat cahaya mentari pagi
menelusuk hangat dipori sekujur tubuh
jiwa terhempas bebas
rentang jarak menyesak
renggangkan tali batin
perlahan pasti
matahari
penguasa langit sejati
matahari
isyarat cinta tanpa batas
matahati
sebentar pasti mati
ditelan kebekuan hari
dihempas badai hari
borneo
mei 11
Kamis, 19 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 17.31 0 komentar
tragedi mei
oleh : ekorahardhian
langit hitam tebal berarak tak tentu arah
aroma daging terbakar memaksa imaji
mengerdilkan nyali sosok pahlawan
tak jua datang bertopeng ah
ribuan jerit terbungkam lakban
meraung dalam kesakitan
meronta dicengkeram durjana
siapa mereka tak hendak kutahu
liar yang terpancar luas
menyebar dirona merah padam
kebebasan amoral
wujud jiwa terpasung diam
telah lama bersemayam dibenak perih
menyisa dendam biadab
dendam barbar
tragedi kemanusiaan
menorehkan hitam sejarah
demokrasi pancasila ternoda
lets pray for indonesia
mengenang tragedi mei
borneo 2011
Minggu, 15 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.14 0 komentar
rentang pagi tak terhingga
oleh : ekorahardhian
ruang rindu terbentang lebar
mengangkasa penjuru langit kalbu
berkibar dipucuk pucuk rimba
mengalun bersama irama alam
semua lesap diheningnya
larut meresapi indah nuansa
pagi ini indah
dalam rindu kosong jiwa
akanmu sang penguasa
hati yang terlunta
tersia sudah masa
direntang tak terhingga
memendam rasa
mereguk angan
yang sebentar nyata
dihadapan
borneo
mei 11
Kamis, 12 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.02 0 komentar
menyulam kelam
oleh : ekorahardhian
hujan tadi sore menyimpan canda
pada lembaran koran lokal basah
pada semangat tak kunjung sirna
menyibak lembar demi lembar cerita
kilatan cahaya membentuk goresan indah
lukisan kelam semesta langit
mengarah pandang dikolom petang
sebuah ancaman radikalis ngawur
baris kata terpatri santun
sesekali mengumpat tertahan
mengungkap fakta fiktif
menyulam kekosongan hari
negeri yang indah tak terkasihani
negeri yang damai tiada lagi
anak negeri merunduk lesu
dipematang tak lagi berlari
mengisi hari mengukir pagi
disudut sudut ruang kosong
memainkan strategi perang
menunggu mati
borneo
mei 11
Selasa, 10 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.40 0 komentar
hari ini musim tandur
oleh : ekorahardhin
hari ini musim tandur
seperti hari masihlah pagi
tak berharap hujan
tak berharap mimpi
jiwa resah
seperti pematang basah
mengharap cemas akan matahari
pesan pesan telah kubisikkan
pada hijau batang batang padi
darinya telah kau lekatkan
aku dijenjang lehermu
sementara lumbung belumlah terpenuhi
meracau menentang pematang gersang
ah sejenak tengok sajalah
anggang anggang masih bermain riang
dihamparan hijau gersang
mei 11
borneo
Senin, 09 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.04 0 komentar
jari jari rantas
oleh : ekorahardhian
tersematlah dibenak jiwa
sembari mengepalkan jari jari rantas
rentang waktu memendam amarah
termakan usia senja
resah
rindumu pada jiwa yang satu
hasratmu pada yang suci
bertahta kilauan permata tak terhingga
entahlah
malam ini tak berpeluh riuh
diheningnya tersirat penat
memapah dijalanan basah
irama kalbumu memendam rindu
ungkap rahasia terdalammu
tentang kesendirian beku
rentang waktu tak terhenti
dihamparan kerinduan lain
borneo 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.46 0 komentar
hymne guru
oleh : ekorahardhian
dengan lantang sedikit malu malu
mendendangkan syair merdeka
merah membara laksana bara
berpeluh hingga penjuru negeri
telahkah berarti
kini esok atu nanti
mulut sedikit terbuka
seakan berguman
aku anak negeri
terpenjara mimpi
terdengar berita pagi ini
gaji telah terkorupsi
pagimu mulia
harimu bahagia
seharusnya
semoga
hymne guru
kaltim
Minggu, 08 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.15 0 komentar
mengurai senja
oleh : ekorahardhian
jika semua kata tak lagi kau dengar
maka menarilah dimimpimu
semesta langit bersamamu
mengamini setiap detak nafas
tidakkah kau berkaca
pada senja berselimut mendung
menguraikan berpuluh ton kubik air mata
mata air kehidupan
aku hanya buih
kita hanya tetes
lebur bersama cinta nafsu
juga angkara murka
perlahan gelap
sebentar juga malam
merajai semua adanya
menuntun kita
mengurai berjuta mimpi
mengurai senja
mei 11
Jumat, 06 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 18.15 0 komentar
alas jati kampoeng timoer
aku berjalan menuju pulang
sendiri menyusuri jalanan sunyi
kanan kiri nelangsa menyekat kelam
berpayung sinar temaram purnama menyusup
dingin berkabut tipis
jalanan yang bengis
disela daun jati membentuk bayang menakutkan
mengikuti kemana aku pergi
lolong ajing hutan seperti mengoyak dada
menyingkap dedaunan merintang
sebentar aku dipelataran
tempat kuhabiskan petang
mengukir senja
menikmati surya
mereguk indah purnama
tapi
seiring pohon pohon jati yang mencair
dikantong sesak penguasa kini
meninggalkan tonggak tonggak
menyisakan amarah
kami cuma pemimpi
berpasrah pada resah
kami yang berhutan belantara
tiada mampu bersembunyi
alas jati
kampoeng timoer
mei 2011
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 01.23 0 komentar
diriuh malam
Berisik binatang larut dalam ''forget''nya imanez
Tak kuasa menafsirkan legamnya malam beku
Resap dingin menelusuk kau bersembunyi
mengasah jiwa yang sunyi
dinding malammu melampirkan bait kosong
siap memainkan imaji
ukir nurani
lesap berjiwa hampa
isyarat tanpa tanda
mengingat kemarau panjang tak terhingga
jalani ribuan malam bersama
dihempas ombak kuta
diputaran arus malam legian
sesekali menyusur remang poppies line II
mereguk bahagia merangkai cerita
tapi malam belum usai
sebab kita masih disini
selamanya berbagi
menembus batas
mengoyak tabir
hingga pagi menanti
haripun telah sepi
kuta dlm memori
010
Kamis, 05 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 00.19 0 komentar
reggae
Reggae musik mengalun lembut
Temani malamku diujung waktu
Dendangkan cinta dendangkan damai
Membawaku kealam indah mimpi
Hingga pagiku menjelang
Kudengar masih reggae berkumandang
Dinyanyikan burung telah bertandang
Mengusik mimpi mimpi
Membawa kabar indah pagi ini
Akan bahagia datang menghapiri
Tentang cinta bersemi
Tentang terik matahari
Semua telah pasti terjadi
Semua yang berlalu telah pergi
G,smrnda
Borneo 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 00.17 0 komentar
hanya cerita usang
sebagian dirimu ada dijiwa
singgah terbasuh canda tawa
dirinai senja yang indah
saat ini kau terkenang
larut dalam emosi
hingga kini tembok idealismu kokoh bediri membentang
melebur selaksa cinta
termangu dalam sepi
berteman indah mimpi
meski masih berharap
walau batin mengucap
dan rentang waktu telah sirna
ranting kering terkulai patah menahan belai mesra angin
kau yang terkenang
menyimpan rahasia
masih rahasia
kita berdua
borneo
0511
Selasa, 03 Mei 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.21 0 komentar
dalam selimut malam
oleh : ekorahardhian
berita hari genderang perang
kibarkan semangat mati ah
sudah bukan zaman
membantai saudara seiman
gagah ksatria bagai pahlawan
tak jua kita temui
yang ada hanya pengecut
musuh dalam selimut malam
membunuh membabi buta
mengibarkan bendera hitam
berlindung ditiap tiang agama
mengadu domba semua
mereka harus enyah saudaraku
setidaknya sembunyi atau
biar kami turun ke jalan
menyisir tebing sunyi
menyapu dalam gulita malam
bpn
11"
Sabtu, 30 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.54 0 komentar
cerita hujan sore tadi
oleh : ekorahardhian
rerumputan masih basah
hujan telah menyapa indah
acuhkan sunset sore tadi
diredup lampu halaman
memantulkan cahaya putih
berkilau layaknya mutiara
menyusup disela rerumputan
tak kudengar binatang malam
tak kulihat potongan bulan
hanya deru dan bising menghias malam
ditebing curam
dilembah kehancuran
pasrah
saksikan berton hasil hutan
berserak dihalaman
menariah kawan
bernyanyilah lantang
disela raung gergaji
borneo
bpn , april 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.47 0 komentar
mata air
oleh : ekorahardhian
hamparan sawah hijau
manjakan mata dan jiwa
berpetak rapi berkilauan
langit yang mulai terang
dihati tanpa dendam
kuikuti angin bertandang
menuju tebing terjal sunyi
menuju mata air perbukitan
singgah di istana damai
aku tak hendak pergi
biar getir terlupa
biar luka terbalut
sampai rona kembali berseri
menengadah tak lagi pasrah
lalu mereka
berlarian menghapiri
sgala keinginan
pujon
april 11
Jumat, 29 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.14 0 komentar
sebongkah roti
berderet harapan diterik hari
menari tiada henti
memainkan perasaan
letih remuk redam
tubuh yang lunglai
apa kabarmu sore ini
diujung senja seribu bidadari
adzan magrib nyaris hilang ditengah gerimis lalu-lalang
memanggil raga bertandang
hanya air mata
menemani segelas air putih
tanpa susu tiada gula
habis ditelan hari
menjeritlah pada penguasa
ceritakan yang nyata adanya
menjeritlah pd sebongkah roti
yang kaunikmati saat berbuka
ditengah gemuruh pesta
borneo
11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.46 0 komentar
selamat malam indonesia
lembah tertata sudah
jurangpun tak lagi menganga
seiring desa yang jadi kota
seirama lesu langkah penguasa
nurani telah lama mati
perlahan bangkit
mengusik terjal batu
menelusuk diremang senja
sahabat
aku menunggumu
ditapal batas desamu
dirimbun hijau alam
selamat malam
indonesia
batu,mlg
april11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 04.50 0 komentar
Minggu, 24 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.55 0 komentar
riak
menelusuk hingga ke raga
dingin merasuk memaksa
aku menyelam menyentuh keras batu kali
jernihnya memanjakan mata batin yang tertegun skejab
bercengkrama dengan riak
Kamis, 21 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 20.33 0 komentar
kabar duka
oleh : ekorahardhian
hamparan semak menguning sudah
gersang
mematikan imaji hijauku
dikanan kiri kubangan
bekas tambang
sia sia
borneo menangis meraung
meratap tak henti
tak terdengar memang
ditelan kebekuan nurani
ditelan hingar malam
ditelan kilau kehitaman
hujan beri kabar duka
menenggelamkan semua
tiada sudah hutan lindung
yang ada duka airmata
dan kota mulai terbenam
perlahan hujan bercerita
pada samudera dia bertumpu
borneo 50thn lgi
april .,11
Minggu, 17 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.21 0 komentar
wanita separuh baya
petang telah pulang berganti
memanipulasi warna pun rasa
remang menggulita semesta
memaksa diri
pergi
bertebaran
mengisi gelap
melebur pasrah pada cahaya
kian memudar seiring usia
pada rembulan menengadah
bercerita sebait dua
tentang apa yg terjadi
tentang mimpi mimpi
bahkan semua isi hati
wahai cahaya setia
kucumbui pasti kau mlm ini
dinaungi segala keabadian
wahai perempuan setengah baya
rembulan renta
dan cahaya
malam hampir pagi
gunung bahagia
balikpapan
april11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.41 0 komentar
wanita separuh baya
petang telah pulang berganti
memanipulasi warna pun rasa
remang menggulita semesta
memaksa diri
pergi
bertebaran
mengisi gelap
melebur pasrah pada cahaya
kian memudar seiring usia
pada rembulan menengadah
bercerita sebait dua
tentang apa yg terjadi
tentang mimpi mimpi
bahkan semua isi hati
wahai cahaya setia
kucumbui pasti kau mlm ini
dinaungi segala keabadian
wahai perempuan setengah baya
rembulan renta
dan cahaya
malam hampir pagi
gunung bahagia
balikpapan
april11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.37 0 komentar
doa buat kekasih
oleh : eko rahardhian
terkurung dilingkar gersang
melambai pada bayang raksasa semu
resapi sendiriku beku
bukan berarti tanpamu
atau tanpaNYA
ini soal rasa
hasrat bercerita
adalah kau permata itu
adalah kau harapanku
juga kau dimimpiku
aku bercakap dengan diri
tentang indahnya ini pagi
bahkan nestapa jiwa
selaksa penderitaan mu
kekasihku
doa ku untukmu
borneo,borneo
des 2010
Minggu, 10 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.22 0 komentar
warisan ditepi mahakam
by Eko Rahardhian
renta sudah
melangkah diujung sauh
menapaki lekuk usang
bersandar remuk redam
paklik gondres
sudahkah kau cumbu keruh
gerayangi mahakam yang angkuh
menggeliat mengusir gundah
paman gondres
ceritakan secuil rahasia
para cukong batubara
para penjarah yang kaya raya
bahkan sahabat sahabat bupati
lalu kai bisa apa cucuku
bejalan telanjang kaki
tertinggal ribuan kilo
tertindas koloni penguasa
warisan sang penjajah
penjamah
tepian mahakam
borneo feb "11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.21 0 komentar
dalam sunyi
by Eko Rahardhian
berkecamuk dalam ruang hampa
perasaan iba sesekali dendam
setelah apa yang mengilhami
kesendirian sjenak nurani
mungkin kau benar tentang satu bahkan semua hal sekalipun
lalu kamu mau apa
aku juga
adakah kau berkuasa atasku atasnya
maka tersenyumlah meski pahit
maka menangislah jika bahagia
bppn 02 11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.21 0 komentar
sms emak sore tadi
by Eko Rahardhian
nak
mungkin kau sudah bosan
mungkin kau sudah faham
bahkan tiap kata terulang
sore ini indah
sebentar petang bertandang
nak
aku tahu kamu baik baik saja disitu
sebab kami tak berhenti meminta
beruai airmata rindu
dilima waktuNya
nak
emak hanya dengar cerita
tentang indah negeri seberang
tentang asa yang tergapai
tentang doa yang terkabulkan
anakku
emak selalu berdoa
kami hanya bedoa
dan kami rindu
memeluk anak cucu
emakmu
bpn,feb'11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.18 0 komentar
bait bait digulungan tsunami
by Eko Rahardhian on Wednesday,
saat buah pikiran menjadi dewa
selaksa langit memendam murka
kau adalah Tuhan dirimu
Tuhan adalah kamu dan akalmu
aku menangis dalam hati
jika aku adalah dirimu
apalah artiku apalah
dan tubuhku bergetar selalu
jika sekali lagi kau katakan itu
kubuang jauh bait cerita
dalam gulungan tsunami
March 16, 2011 at 9:05pm
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.17 0 komentar
tiga belas kosong lima
By Eko Rahardhian · Saturday, March 26, 2011
kupandangi dinding kamar
penuh lubang bekas paku
kuhitung satu persatu
tiga belas kosong lima
membekas tak hendak lepas
yang melebur bahagia
melumatnya jadi serpih sia
dan derap langkah
bayangan hitam legam
berseragam penuh dendam
bak penjajah merajalela
mengarah moncong ke ulu hati
sebarkan dendam
sebarkan dengki
sepinggan
borneo
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.11 0 komentar
malam tua renta
tlg ti2p sejengkal tanah
hrpn di masa depan
tlg jual atau tukarkan
dgn skecap nikmat sbentar
tapi
semalaman hujan badai robohkan pohon tua renta
porak porandakan harapan
indah masa depan
malam msh sunyi
entah satu dua jam lagi
tak kulihat isyarat langit
kurasa ia berkabung
mengurai luka
sebait kata ibarat doa
ku ulang jadikan bermakna
ku ucap bagai sembilu
didiam ia membisu
selamat jalan
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.04 0 komentar
jukung
jala tak layak sudah
mbrojol gak karuan
satu dua ikan nyangkut
kubuang jauh jauh
lagian
jukung pun retak kanan kiri
bertahan sombong menengadah
langit tertawa lepas
angin bertiup buas
satu dua hari menjelang
saat jukung tua enyah
kau mengangkasa
arungi cakrawala
berbagi cerita
berbagi mimpi
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.02 0 komentar
sisa
korupsi tak terkendali sudah
dibungkam segala persoalan
korupsi memang menjanjikan
dinegeri segala bualan
pagi mereka berjanji
dijalanan kami tak peduli
berkoar di stasiun televisi
seperti kami para pembual
begundal jalanan
senang senanglah kau
tenang tenanglah kau
kami juga
dengan secuil sisa
.11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.04 0 komentar
01:46
coba hentikan detak sejenak
rasakan hening nikmati sepi
menyayat mengiris sendiri
mencintai sunyi
kuraut bayang pucuk cemara
jadikan pena
goreskan baris hitam
masih harus kutanya
malam ini juga
tolong kau ungkap
bahwa ada sebait dua kata
masih tertinggal
kita rajut bersama
tepis rahasia
04"11
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.49 0 komentar
menjelang pagi
sobat
malam tlah pekat
kita sudahi saja cerita
tlah kubuang kelam
juga tentangmu
malam tlah bersaksi
atas sgalanya
tentang kamu kita
hingga esok pagi
telah ada lembar baru
putih tak jua bernoda
kusiapkan tinta
kita ukir bersama
walau ada tinta tertumpah
meski perih
gunung bahagia
bpn, april 11
Senin, 04 April 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.52 0 komentar
ibu
termakan usia
seulas senyum anggun
rapuh di gerimis senja
jauh hari sebelum ada luka
tlah kau buka pintu maaf
tlah kau serahkan ikhlas
sebening mata air surga
air mata tulus mengalir
membasah di bibir senja
aku bersujud dikakimu
bersimpuh mohon ampun
atas luka kubuat
atas dosa kulekat
maafkan
ibu
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.23 0 komentar
aulia
sebening embun pagi
tlah kau ungkap cinta
mengaliri gersang jiwa
meredam luka luka hati
sekokoh karang dilautan
kau tumbuhkan benih
kau baluri perih
menelan ketakutan diri
bersama matahari pagi
lantas doa doa itu
apakah kau telan sendiri
atau kau telah bagi
dan kami memang pendosa
kami memang ada
Selasa, 29 Maret 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.45 0 komentar
benarkah kau tak rindukanku
nanar tatapmu berharap
indah sedikit liar
gairahkan aku
yang haus siang tadi
kukecap indahmu sesaat
yang bukan milikku
dan bukan inginku
akupun tak sepenuhnya tahu
apa benar kau tak rindukanku
dalam sepi menyayat
mengikat erat sendirimu
apa benar kau tak rindukanku
dalam bisik hati kecilmu
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.31 0 komentar
tiga malam
berisik tapi merdu
binatang ramai berdendang
ceritakan tanah gersang
bumi borneo tak berbintang
disini kuciumi ilalang
kukagumi bebukitan
malam kian hitam
langitpun enggan menebar hujan
campakkan aku dihamparan kering kerontang menghujam
tiga malam
langit membeku diam
tiga malam
sunyi
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.16 0 komentar
alam
mendung
setia menemani gontai langkah
ditengah pergolakan nurani
memanipulasi biru imaji
gerimis
iringi nafas berat renta
membilas wajah penuh dosa
membasuh jiwa luka
perlahan dimakan usia
hujan
menerpa keras tubuh senja
membawanya kealam bawah sadar
menyeret kedunia nyata
merasakan indah siksa dunia
angin
meniup debu dan ngilu
menyayat tubuhku bagai sembilu
terbangkan masa lalu
Sabtu, 19 Maret 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 20.26 0 komentar
sebongkah harapan
sebongkah harapan kucipta
selalu kuhidangkan di hadapan
hiasi siang malamku
hingga pasti kudapati
yakin kunikmati
belahan harapan nyata adanya
ditiap sudut pandangku
ditiap titik lemahku
selamat datang bahagia
kau tlah kurindu
didesah nafasku
adalah doamu
diwangi tubuhmu
adalah doaku
Kamis, 17 Maret 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.00 0 komentar
di batas remang senja
berguman lirih irama tak puas
memendam rasa tak terungkap
seakan tak hendak kau ucap
tenggelam ditelan benam mentari senja tadi
tersisa rahasia hidup
rahasia mati rahasia tak terungkap pasti mati
suara dalam remang
kutunggu kau disini
dibatas kesabaran jiwa
dibatas langit langit nurani
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.32 0 komentar
senja pulau buru
oleh : ekorahardhian
terbuka satu dua lembar cerita
di pulau dongenglah adanya
sang pengembara sore itu
memulai kisah baru
saat sunset baru berlalu
meninggalkan bayangan senja
saat hiruk pikuk walet meliuk rendah terpaku bisu
dihadapan penguasa malam
pulau buru malam itu
riuh nian manjakan asa
Rabu, 16 Maret 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 09.09 0 komentar
perawan
tersingkap sedikit berharap
diremang cahaya temaram
lampu ruangan tengah malam
sembunyikan senyum kegetiran
manis parasmu dibalik kelambu
aku ingin tahu
jika kau mau
aku ingin dengar
jika kau harap
sudut mata basah sayu
menepis ragu
aku perawan
dibalik kelambu
ucapmu
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.54 0 komentar
ibu
menangis terpaku dalm dzikirmu
menunduk berdoa penuh harap
sebab akulah pendosa
merubah segala mimpimu
riang mu kurindu
bahagiamu kudamba
disetiap sudut jarak pandangku
ibu
kureguk tak habis doamu
membelah langit gaib
mengarungi luas samudra
terbawa pasang malam ini
dimelawai kudengar bisikmu
lembut terbawa riak gelombang
dimelai ku rindu
melawai feb 2010
Selasa, 01 Februari 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 08.13 0 komentar
perempuan telanjang
tengadah kau di kuasa malam
merajut untaian lembar hitam
bukan dipeluk bayang kelam
bahkan dirinai suram
telanjang polos tanpa beban
menikmati luap noda
wahai perempuan bernyali
aku masih sangsi
sebab apa hingga alpa
pasrah pada bara
telanjang pada malam
takjubkah kau indah purnama
berselimut dipuncak bukit cinta
wanita durjana
kau terhitung mulia
bahkan dariku sekalipun
senyap lalu bersenadung
pada putus asa mencekam
pada kelam telanjang malam
bukit cinta blkppan
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 07.59 0 komentar
bukit pelarian
disini aku
terbaring penuh mimpi
terkapar tanpa daya
terbelenggu ruang dan waktu
disini aku
berdiri kokohkan diri
dipuncak bukit pelarian
dipuncak sgala kedengkian
disini aku
terbangun oleh kicau
terlena oleh gersang
tetbuai angkara murka
wahai kau jin penguasa bukit pelarian
adakah sudah kau marah
adakah kau sumpah serapah penjamah itu
atau kau sama saja dengan mereka?
wahai kau jin penguasa
terusiklah kau adanya
pada penjarah belantara
tersisa hitam
tersisa arang
browsin sangata
2011 balikpapan
Kamis, 27 Januari 2011 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 19.45 0 komentar