oleh : eko rahardhian
Larut dalam remang lembah asri
Inspirasikan warna indah penjuru langit
Kuterawang indah bintang
Pada mutiara kata "buruh"
Gejolak derita anak bangsa
Dirumpun tanah yang berbeda
Dipalang segitiga tak bertanda
Dipilar coklat kehitaman tanpa warna
Dihimpit gelisah terpinggirkan sudah
Uraian kehidupan beribu jalan
Maaf,tapi kami bukan pengguran
Terduduk buruk ditrotoar jalanan
Kamilah para pekerja
Pejuang bersahaja
buruh
pada bara
oleh : eko rahardhian
Bila masih panjang masa
Kurajut dalam lingkar kesendirian
Dirintik hujan dan desah malam
Termanja mesra berteman mayapada
Kuhisap madu semesta raya
Jadikan kerajaan berbudak suku
Kurangkai dalam selaksa kuasa
Tumbal hegemoni bangsa
Wahai rakyat yang pasti jelata
Rebahkan tubuh pasrahmu dijalan-jalan raya
Jadilah alas pijak kaki penguasa
Leburkan dalam patriotime dan nasionalismu
Lebarkan senyummu pada ragam corak warna
Seragam apapun jelmaan sang raja
Hingga kau tersungkur tak lagi berdaya
Terbelunggu beban terbelenggu hidup
Hingga suatu saat beban tak lagi terangkat
Mimpipun mahal terbeli
KIta semua mati dalam cengkeram
Pada bara api,pada apa saja
bumiayu
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.29 0 komentar
Label: pada bara
guyon bab asu
oleh : eko rahardhian
Ndeleng srengenge wis koyok ra katon leser
Amarga ketutup roso kang njalari rekoso
Nadjan sauntoro nanging ra bakal nrimo
Titik akeh iku mung cubo
Crito opo wae kang pingin diunekke
Mulo aku ngenteni nganti wis wengi
Dudu mung nyawangi wulan ing awang-awang
Dudu mung cangkruk ngarepe lawang
Asu,raimu koyok asu
wedus,koe ora tau adus
Ojo nesu,mundak koyok asu
Ojo nesu,kono ndang turu
canda menjelang tidur
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 06.09 0 komentar
Label: guyon
senandung bisu
oleh : eko rahardhian
Dalam setia pernahkah kau bertanya
Dalam sendiri adakah kau tergoda
Berselimut dingin menusuk pori
Bercengkama dalam hati,sendiri
Renungkan secuil setia,balutkan didinding jiwa
Dan kau panjat kokoh tonggak kebekuan
Mencoba robohkan semua adanya
Naluri bersendawa,mengobarkan asa jiwa
Sinar purnama adakah kau luka
Kabut malam mungkinkah kau singgah
Dipenantian tak berujung
Dikebisuan tak pasti
lonely
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 05.13 0 komentar
Label: senandung bisu
lara diujung hari
oleh : eko rahardhian
Geliat nafsu meranah kalbu
Rona bahagia terpersit isyaratkan sesuatu
Amarah terhapus luap genderang waktu
Berkoar kelam dipenghujung belenggu
Putaran roda tak jua terhenti dekatku,hampiri
Bagai gelombang menerjang tak terelak
Kalut mengolok menyayat jiwa
Besarkan luka-luka kalbu
Malam diujung waktu
Malam masih terbelenggu
Pagi temaram di bilas embun
Pagi hampiri resah diujung malam
Berjuta bintang tlah pergi,jemput luka hati
Berseri pagi sambut hari,kaburkan lara
lara diujung hari.
Kamis, 29 April 2010 | Diposting oleh sastra nusantara hijau di 13.23 0 komentar
nasehat buat azka
oleh eko rahardhian
Azka anakku,dengar baik-baik cerita ini
kamu bukan siapa-siapa dan kamu adalah pengembara
berjalan diterik hari,mengabdi pada suatu negeri
dijalan masih samar tak secuil penerangan
Azka anakku,kamu adalah ksatria
bermata dan berhati baja,tikam sgala kebuasan
berhati dan berjiwa,korbankan semua yang kau punya
termasuk jiwa dan raga,hanya kepadaNya
Terangi jalanmu dengan doa ibu
Sebab tak secuilpun penyesalan lekat dijiwa
Harumkan namamu dengan karya
Doa kami sepanjang masa,dijalanmu
Bila pagi datang,coba kau tengok di sekitar
Adakah orang lain disitu yang lapar
Bila gelap malam datang
Tuntun ibumu tercinta masuk kedalam
azka anakku, Junjung tingi-tinggi bendera cinta
kibarkan di puncak-puncak tertinggi impianmu
gantungkan di tembok-tembok abadi sang pencipta
doa kami sepanjang masa,dijalanmu
azka sultan r,dalam cerita
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.35 0 komentar
Label: nasehat buat azka
Bukit Cermin
Oleh Eko Rahardhian
Berselimut kebekuan hati aku berdiri
Bermandi peluh menyusur setapak
Terimajinasi arti belum pasti
Dibukit cemin sgala yang terjadi
Bangsaaaat
Kudengar suara maki,disela desau angin menerpa pepohonan
Sebentar makian lagi,kudengar beberapa kali
Berlutut dibawah biru langit diterpa terik
jancuuuuuk
Mata tertutup jemari basah peluh sekujur tubuh
antara nyata lantang teriakku
sudaaaaaaah,tak terdengar
ampuuuuun,mulut terpatri
Disini aku berdiri,dipuncak cermin dosa-dosa
Dihembus kekosongan asa
Dibawah cengkeraman masa lalu
Bukit cermin,cermin doa dan dosa
cermin ats bkit,,kepri09
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.00 0 komentar
Cerita Sahabat
Oleh Eko Rahardhian
Tergelak di pekat malam,di sela kebisuan jiwa
Berhambur kilau cahaya gemerlap smakin pekat
Bising tak berarti,kosong bergumul hati yang mati
Semua tertawa,seakan tanpa luka,
Malam smakin berwarna terang,irama pesta
Malam taburkan cahaya, melebihi terik siang hari
Pesta belum usai saat sang waktu terhenti sjenak
Sang petaka hamburkan peluru tanpa henti
Tanpa toleransi,tak perlu opini atau basa basi
Sahabat tergelak di terjang panas sbongkah petaka
Tepat di sela gundah irama
Diruang tanpa batas
Sahabat mati teiring nada
Bahkan doa-doa mungkin
Hanya luka dan air mata tertinggal
Tanpa kata mungkinkah bermakna?
kosonk,april suci 10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 11.00 0 komentar
Label: Sahabat
Mimpi Dirindang Bakau
Oleh Eko Rahardhian
Kepal jemari sisakan perih
Tebal amarah tersisa gundah
Bersandar tak sempat berucap
Lemah tertumpu terduduk lesu
Dilangit tanpa tepi
Diruang tanpa sudut
Menerawang jauh kedepan
Keatas sgala asa bersemayam
Kembali dihantui gelisah
Terpenjara lidah halilintar
Diujung bumi terpatri
Tempat jiwa jiwa terpendam abadi
Wahai gelap akankah kau datang lagi
Atau kau malam sekedar menghampiri
Kami bermimpi
Indah hari tanpa perih
Tanpa pekik lapar siang hari
Atau ...resah disimpang lampu merah
Masih bersandar aku kawan
Di renta bakau siang ini
Di belai lembut pasir pantai
Tanpa tangis,tanpa perih......
entah kau disana
teluk gelisah,10
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.58 0 komentar
Bahagia Begitu Dekat
Oleh Eko Rahardhian
Dunia beranjak menjauh,sahabat satu persatu pergi,makananpun enggan
tertelan,mungkinkah sampai mati.puluhan mili liter darah tecemar,butakan mata hati dan
otak,sekujur tubuhku membiru,melebihi langit biru diatas semeru.
Pagi dingin tanganku beku sedingin tengger semusim lalu,
malam tak kuperhatikan entah
berapa ratus mlmaku tenggelm,terbatas tembok kontrakkan pengap.
Hingga... bgitu
dekat maut menyapa,semua sahabat tiada kembali ,aku melompat ribuan tombak
berlari ribuan tahun cahaya,menghindari imajinasi.
Kuatkan hati berdiri,diatas satu
kaki,,,dalam cengkraman mimpi-mimpi
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.57 0 komentar
Hampa
Oleh Eko Rahardhian
apakah kaurasa sama
hampa sepi hidupmu
sendiri jalani kesendirian
tanpa cinta
apa ini yang terbaik
cinta dalam angan2
tak semudah itu
lewati palsu imaji
kemana kau pergi
kekasih sandaran hati
beranjak jauh dariku
kepadamu pasti aku kembali
jahat narkoba jerat kita
tipis harapan tuk kembali
jalani indah hari
penuh cinta,tak lagi sepi
"kacau 130905
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.55 0 komentar
Label: hampa
dilingkar cinta dan dunia
Oleh Eko Rahardhian
Melangkah gundah di remang petang,hampiri keheningan
Nurani berjanji,berbisik harapan di balik kemilau senja
Kuhampiri jejak langkah-langkah penguasa langit
Tak tertinggal pun setapak dua di pelataran semesta
Cahaya,kusaksikan kau memudar,basuh luka
Gemuruh,kubiarkan kau leluasa, benamkan bahagia
Berlari jutaan tahun cahaya,genangan air mata,mata air kehidupan
Berputar tanpa arah,di ombang ambing cinta dan dunia
Di reruntuhan langit kau bersemayam
Tempat segala setan,jin dan berjuta hampa jiwa
Dunia,kulihat kau menua,kian luka
Matahari,kau bukan lagi pusat tata surya
Dikaki langit masih kugantung harapan
Dibias kemilau ku simpan lantak luka
biar mega berarak,kuciumi matahari
Walau terik disiang hari,kujilati lidah matahari
putar2x cakrwla
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.54 0 komentar
Terapi Matahari 1
Ribuan malam berganti,terjatuh tak lgi ada harapan
Cinta hanya omong kosong,sebab nurani tlah mati
Sahabat pergi tak ada kulihat kembali
Kebekuan abadi,kehidupan setelah mati
Selamat jalan biroe
Selamat tinggal indah semesta
Hanya satu sugesti,tak bisa tidak
Pada siapa aku harus memaki?
Kita hanya korban,sahabatku,inikah revolusi?
BUkan hanya KAU,tak lama lgi ku
Jika benar kita cuma tumbal,untuk apa,bahkan untuk siapa?
Pernahkah kau dengar sahabat?terlintaskah dibenak meski semu...
Bahwa sebenarnya kitalah "lost generation" itu
Ya...kita semua yang telah mati tak bernurani
fuck tha fuckin drugs.......fuck tha fuckin 'dalank'
( untuk jutaan sahabat yg mati,tak ter expose)
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.52 0 komentar
Terapi Matahari 2
Oleh Eko Rahardhian
Hitam kian pekat,sehitam benak dan sugesti jiwa
Aku melayang tak tentu arah,terombang-ambing imaji
Berjalan terseok menyusur ujung bumi,tak jua kuhampiri
Sahabat,mungkinkah kita kembali
Hingga aku tak mampu berbuat apa
Hingga kurebah dibelai sudah
Wahai matahari
Tidakkah kau lihat?disana..awan putih payungi mereka para nelayan
Atau kau biarkanku mati dalam kehausan?sebab
Akulah nurani yang mati,jiwa yang pasrah
Biru langit semakin cerah,aroma harapan
Biru laut sisakan tanya,hidupkan jiwa yang mati
Tertebus sudah jiwa di lantang teriak dendam
Dijilat lembut lidah matahari , menahan sakit tiada terkira
Bagai terpisah tubuh teriris sembilu,oleh belai lembut pasir putih dan hangat gelombang
Maafkan aku sahabat,kita hanya tumbal,ambisi dan rakus penguasa
Di trawangan aku menyepi
Ditrawangan aku sendiri,
Disana aku terobati
Olehmu sang matahari
30hari di trawangan
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.51 0 komentar
Benih Perih
oleh Eko Rahardhian
Satu anak terlahir
disini,diantara api
Tersembunyi dibalik tanah
Entah sekarang belum kutemui
Lalu aku pergi
Menembus lorong hampa waktu
Menanti entah kembali
Terhempas ganas hidup
Mungkin setia ta ada arti
Bersemayam diantara jurang kebekuan
Keindahan dalam sendiri
Mengantar cepat malam berlalu
Direntang berlumur noda
Dibias cahaya kabur senja
Tergilas gejolak jiwa tergelak
Mari teruskan mimpi
050905
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.50 0 komentar
Lembah Purnama
Oleh Eko Rahardhian
Dilembah purnama aku terpuruk
Bergelayut mesra pada mega
Menikmati cakrawala tiada tara
Melantunkan bait putus asa
Adakah kau nikmati indah lembah ini pun
Sesekali meski hanya fullmoon
Ruang tanpa batas konstruksi jauh sebelum masehi
Tempat bersemayam sgala keabadian hakiki
Dilembah ini pernah kubercerita
pada hening waktu dan terang purnama
Tentang suramnya kegelapan atau
Meski cuma berbagi mimpi
Berharap pada langit
Pada indah kemilau
Pada cahaya purnama
PadaMu
lembah purnama,TPI,kepri
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.49 0 komentar
cerita ayumi
Oleh Eko Rahardhian
Kulihat senyum pahit disela kesakitanmu sobat
Hati teriris tak terkira sperti nyata kurasa
Maut sejengkal lagi depan mata
Mampukah kau bertahan,mampukah kau melawan
Butiran peluh deras bagai embun pagi basahi wajah
Sekujur tubuh legam bagai karat besi tua
Layu bibirmu ungkapkan sesuatupun tak kuasa kuartikan
Sebentar lagi mati,ucapmu menambah perih
Jangan dulu malaikat,ucapku izrail hanya tersenyum,kecut
Kutatapi wajah layu tanpa nafsu,seakan tlah tahu sesuatu
Bayi dipangkuan bapaknya menjerit keras,iramakan kematian
Innalillahi...
hari ini lima tahun yang lalu sahabat
jelas sudah jalan keabadianmu
apa kabar anakmu,sahabatku
yang dengannya telah kau tukar nyawamu?
kau korbankan kehidupanmu
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.47 0 komentar
Label: ayumi
sajak paranoid
oleh Eko Rahardhian
Bisa ku rasa hatimu yang mati
Tertimbun diantara tumpukan rongsokan tak berarti
Tersusun tak rapi dipelataran rumah atasmu laut
Di ujung segala ujung tak bertepi
Terperangkap di kebutaan semesta
Hidup diantara suku tak beradab
Terpenjara antara jurang tiada
Lupakan ketiadaan sesungguhnya
Dimana mekar bunga kematian berada kau ada
Pada kotoran domba dan camar berpaling muka
Persetan nilai dan aturan semesta
Kuhanya mahluk paling teruk,ucapmu
Wahai pusara bisu aku mengadu
Pada nisan cinta aku berucap
Kaukah sumber petaka adanya
Diketakutan ini aku bertanya
Ucapmu bisu tak kupahami
Lagumu khayal tak kumengerti
Jawabmu fana tanpa kutahu nyata
Sampai ku berlari ke lautan jingga
bertanya pada gemuruh gelombang pasti
disimpang kegersangan nurani terpatri
pada tanya dipagi buta
pada nadi yang nyaris terhenti
paranoid 0109092092i
Diposting oleh sastra nusantara hijau di 10.45 0 komentar
Label: paranoid